AKEJIRA
Oleh. Trijan Abd Halim
Bukan mata air tapi air mata di
hutan belantara
Senyum Dalia berkaca-kaca di
penghujung senja
Paginya tak lagi sumringa
Malam berkisah, tentang jangkrik-jangkrik
yang terbang berhamburan, rusa-rusa yang lari terbirit-birit, kicauan burung-burung
yang kehilangan harmoni
Simphoni ketakutan yang membela
belantara
Oh AkeJira, Pusat mata air di Jantung
Halmahera
Yang kemurniannya terjaga, oleh
Alam dan para O’Hitana
O’Hangana Manyawa meringkik di
larut malam, ketakutan, kebingungan bercampur amarah, sumpah serapah berkecamuk
dalam dada
Tanah leluhur terampas dari tangan,
air mata jatuh membasahi bumi, merembes ke sela-sela tanah
Parang dan Salawaku tak lagi bernyawa,
kami terkubur dalam nyanyian duka peperangan
Oh Fagogoru Se Canga-Canga
Damar dan Dupa menyala-nyala
Duka re Balisa
Halmahera menitikan air mata
Kami Terperangkap dalam wacana
pesisir kota, sebagai bangsa yang tak mengenal adab hingga butuh sentuhan
tangan mereka, yang katanya berperadaban
Terus mengiang di kepala, Gemuruh suara
yang menggema dari ratusan kendaraan proyek yang masuk merangsak hutan, pepohonan
tumbang tercerabut dari akar-akarnya, habis tak tersisa
Tatapan sang Tetua berlinang air
mata, sedang yang lain menangis dalam pelukan PAPA Deng MAMA
O’Hitana, O’Hitana,
Suba ampun dari kami
Malapetaka diciptakan oleh mereka
yang katanya bersekolah
Berbondong-bondong mereka yang dari
hilir, datang merambah mengaku Tuan tanah lalu berujung tukar rupiah, Sedang hulu
menatap kaku seolah tiada hak bersuara
Sekali lagi, jeritan Mama di larut
malam membuncah mengutuk binasa
Sembari memeluk Dalia
Salumbe tak mungkin jadi Legasi,
sekalipun untuk sanak dan famili
Sebab jelas dalam tafsir pikiran kami
yang teramat Bodoh, Etnosida sedang kau arahkan ke tanah kami
Lalu daun-daun yang hijau akan
menguning, Sagu dan Langsa akan layu dan mengering, ikan-ikan dan udang akan mati
terseret banjir, setelah itu Gaharu tak lagi istimewa, Kasturi tak akan lagi
jadi idola, semoga bidadari tidak ikut punah
O’Hitana
Sebentar lagi, kami tinggal cerita
Lalu mama tak akan berhenti menitihkan
air mata
Dalam kepulan asap Dupa,
O’Hitana, Suba Ampun
Se-Alam Raya
Selamatkan Akejira
Jantung Halmahera
#Stop Peramapasan ruang Hidup
No comments:
Post a Comment