Sunday, February 9, 2020

AKEJIRA - PUISI UNTUK SUKU PEDALAMAN


AKEJIRA
Oleh. Trijan Abd Halim

Bukan mata air tapi air mata di hutan belantara
Senyum Dalia berkaca-kaca di penghujung senja
Paginya tak lagi sumringa
Malam berkisah, tentang jangkrik-jangkrik yang terbang berhamburan, rusa-rusa yang lari terbirit-birit, kicauan burung-burung yang kehilangan harmoni
Simphoni ketakutan yang membela belantara

Oh AkeJira, Pusat mata air di Jantung Halmahera
Yang kemurniannya terjaga, oleh Alam dan para O’Hitana

O’Hangana Manyawa meringkik di larut malam, ketakutan, kebingungan bercampur amarah, sumpah serapah berkecamuk dalam dada
Tanah leluhur terampas dari tangan, air mata jatuh membasahi bumi, merembes ke sela-sela tanah
Parang dan Salawaku tak lagi bernyawa, kami terkubur dalam nyanyian duka peperangan
Oh Fagogoru Se Canga-Canga
Damar dan Dupa menyala-nyala
Duka re Balisa

Halmahera menitikan air mata

Kami Terperangkap dalam wacana pesisir kota, sebagai bangsa yang tak mengenal adab hingga butuh sentuhan tangan mereka, yang katanya berperadaban
Terus mengiang di kepala, Gemuruh suara yang menggema dari ratusan kendaraan proyek yang masuk merangsak hutan, pepohonan tumbang tercerabut dari akar-akarnya, habis tak tersisa
Tatapan sang Tetua berlinang air mata, sedang yang lain menangis dalam pelukan PAPA Deng MAMA

O’Hitana, O’Hitana,
Suba ampun dari kami
Malapetaka diciptakan oleh mereka yang katanya bersekolah


Berbondong-bondong mereka yang dari hilir, datang merambah mengaku Tuan tanah lalu berujung tukar rupiah, Sedang hulu menatap kaku seolah tiada hak bersuara
Sekali lagi, jeritan Mama di larut malam membuncah mengutuk binasa
Sembari memeluk Dalia

Salumbe tak mungkin jadi Legasi, sekalipun untuk sanak dan famili
Sebab jelas dalam tafsir pikiran kami yang teramat Bodoh, Etnosida sedang kau arahkan ke tanah kami
Lalu daun-daun yang hijau akan menguning, Sagu dan Langsa akan layu dan mengering, ikan-ikan dan udang akan mati terseret banjir, setelah itu Gaharu tak lagi istimewa, Kasturi tak akan lagi jadi idola, semoga bidadari tidak ikut punah

O’Hitana
Sebentar lagi, kami tinggal cerita

Lalu mama tak akan berhenti menitihkan air mata

Dalam kepulan asap Dupa,
O’Hitana, Suba Ampun
Se-Alam Raya

Selamatkan Akejira
Jantung Halmahera

#Stop Peramapasan ruang Hidup



No comments:

Post a Comment